KETIKNEWS.ID,-- Mahasiswa Program Studi Manajemen Akuntansi Hospitality (MAH) Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali menciptakan sistem informasi akuntansi untuk pengelolaan desa wisata. Sistem informasi akuntansi ini menjadi jawaban atas kendala yang dihadapi masyarakat desa dalam mencatat pemasukan dan pengeluaran kas (cashflow) sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang baik dan terstruktur.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangannya, di Jakarta, mengapresiasi hasil karya mahasiswa Poltekpar Bali dalam mendukung kemajuan desa wisata. Dimana desa wisata menjadi prioritas Kemenparekraf untuk menghadirkan pariwisata yang berkualitas, berkelas dunia, dan berkelanjutan lingkungan. Hal ini juga menunjukkan komitmen Poltekpar dalam menghasilkan SDM pariwisata dengan kemampuan dan kompetensi terbaik.
“SDM yang unggul dan berkualitas serta dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia merupakan kunci utama mewujudkan pemulihan ekonomi kita,” kata Menparekraf Sandiaga Uno, Sabtu (2/4/2022).
Desa Wisata Pinge di Kabupaten Tabanan dan Desa Wisata Taro di Kabupaten Gianyar menjadi sasaran awal pengaplikasian sistem informasi akuntansi yang dikemas dalam pelaksanaan Program Aplikasi Manajemen.

Terpilihnya Desa Wisata Pinge karena desa tersebut resmi berbadan hukum (SK Bupati Tabanan Nomor 337 Tahun 2004). Pengaplikasian sistem informasi akuntansi di Desa Wisata Pinge dilakukan oleh mahasiswa Prodi MAH kelas A 2018. Saat itu para mahasiswa mengidentifikasi sistem informasi akuntansi desa wisata yang masih belum sesuai standar.
Baca Juga: Semakin Mencekam Krisis Ekonomi Sri Lanka
Karenanya mahasiswa Prodi MAH kelas A 2018 menciptakan program berbasis Microsoft Excel, sehingga memudahkan masyarakat desa dalam membuat siklus akuntansi di Desa Wisata Pinge. Baik penerimaan maupun pengeluaran kas, yang nantinya akan menghasilkan laporan keuangan.
Kelebihan sistem berbasis Microsoft Excel adalah sistemnya yang tidak menggunakan internet dan dapat mencegah terjadinya manipulasi dan penyimpangan karena telah disiapkan formulir pendukung.
Sementara untuk Desa Wisata Taro dilakukan oleh mahasiswa Prodi MAH kelas B 2018. Ditemukan bahwa dalam pengelolaannya Desa Wisata Taro masih belum efektif dalam hal pencatatan keuangan sehingga rentan terjadi kecurangan (fraud). Oleh karena itu, mahasiswa Prodi MAH Kelas B 2018 mengembangkan sebuah sistem informasi akuntansi penjualan digital/Point of Sales for Transactions (POST) berbasis website di Desa Wisata Taro.
Baca Juga: Cara Bijak Menggunakan THR Sebagai Momentun Untuk Berinvestasi
Program ini mampu menghadirkan transparansi keuangan dan memperkuat kapasitas perangkat Desa Wisata Taro dalam mengontrol serta mengatur pendapatan Desa Wisata Taro dari objek wisata dan homestay. Program ini dirasa sangat membantu pengelola Desa Wisata Taro sehingga dapat membuktikan diri sebagai desa wisata mandiri.
“Diharapkan mahasiswa Poltekpar Bali nantinya juga dapat menjadi solusi sebagai kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu untuk kebangkitan ekonomi dan memberikan solusi terhadap permasalahan lapangan pekerjaan,” lanjut Menparekraf.
Baca Juga: Sejarah Terciptanya Tunjangan Hari Raya (THR) di Inonesia
Artikel Terkait
'Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022' Menparekraf Ajak Desa Wisata Provinsi Jambi Turut Serta
Potensi Desa Cisaat Subang, Menparekraf Mendorong Masuk Ke Jaringan Desa Wisata
Majalengka Berpartisipasi di ADWI 2022, Menparekraf Sandiaga Targetkan 100 Desa Wisata
Desa Wisata Sungai Kupah Kalbar, Menparekraf Apresiasi Pengembangan Ekowisata
'Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022' Program Unggulan Kemenparekraf
Menparekraf Ajak Lebih Banyak Desa Wisata di Indonesia Timur Ikuti ADWI 2022
Perda Desa Wisata Disahkan, Ridwan Kamil: Pariwisata Berbasis Desa Akan Menjadi Primadona Baru