• Kamis, 21 September 2023

Bagian 1, Nikel Indonesia Yang Menjadi Sorotan Dunia Untuk Dijadikan Batere Pengganti Bahan Bakar Minyak

- Selasa, 23 Mei 2023 | 16:00 WIB
Ilustrasi Nikel yang sudah ditambang dan siap di produksi (NitNot)
Ilustrasi Nikel yang sudah ditambang dan siap di produksi (NitNot)

KETIKNEWS.ID,-- Entah bagaimana caranya, perjanjian iklim Paris 2015 tiba-tiba telah mengancam akan membuat runtuh bangunan minyak sebagai pondasi masa depan utama negara-negara industri dari barat. Kini Nikel menjadi sorotan Dunia untuk beralih dari minyak ke Batere sebagai energi yang ramah lingkungan.

Secara perlahan energi hijau digadang akan akan mengganti peran minyak yang diduga sebagai TSK global warming. Energi terbarukan dan ramah lingkungan mulai dilirik demi ramah umat manusia pada bumi.

Tiba-tiba Jerman, Perancis, Jepang dan banyak negara maju di dunia berikrar bahwa pada tahun 2030 nanti tak lagi boleh ada mobil berbahan bakar minyak lalu lalang di negaranya.

Tiba-tiba, panen energi dari matahari dan angin dilirik oleh mereka yang terbiasa bermain dengan keunggulan teknologinya.

Baca Juga: Trowulan Dahulu, Sekarang Morowali

Tiba-tiba, baterai sebagai penyimpan energi dibutuhkan lebih dari apapun makna butuh oleh banyak pihak. Nikel Indonesia pun tiba-tiba diperbincangkan.

Nikel tiba-tiba juga melesat menjadi bintang baru yang padanya dugaan bahwa dia adalah bayi sebagai calon pembunuh raksasa MINYAK yang telah begitu dominan selama puluhan tahun dilekatkan. Nikel sebagai bahan baku baterai memang telah diprediksi akan tumbuh besar dan kuat melebihi peran minyak di masa yang akan datang.

Pemain sekaligus pengguna terbesar nikel adalah China. Negeri Panda ini menyerap lebih dari 50% produksi nikel dunia untuk kebutuhan industrinya.

Sama dengan AS yang selama ini dikenal sebagai negara yang senang menimbun minyak, China menirunya. Bukan minyak semata ditimbunnya, China kini terlihat senang menumpuk nikel pada banyak gudang di rumahnya. China terlihat sangat nyaman menyimpan nikel sebanyak dunia mampu memproduksinya. Padahal, di sisi lain, China juga adalah pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Negara ini jauh-jauh hari sudah mengamankan pasokan feronikel sebagai salah satu hasil pemurnian bijih nikel dengan menanam banyak modal untuk pembangunan smelter. Indonesia adalah salah satu yang terbesar di mana China berinvestasi.

Baca Juga: Zamrud di Khatulistiwa Indonesia

China adalah negara yang datang pertama dan tak ribut manakala Indonesia menerapkan aturan tak ingin lagi menjual barang mentah. Sementara, negara-negara dari Eropa lebih senang berungkap kemarahan dan mengancam bila kebijakan itu diberlakukan.

Atas kesedian China melakukan investasi membuat smelter, barang mentah itu kini mengalami nilai tambah. Dengan mengolah bijih nikel menjadi feronikel, misalnya, harga barang tambang itu meningkat. Dari 55 dollar AS per ton menjadi 232 dollar AS per ton. Adakah itu tak memberikan nilai tambah sekitar 400 persen?

"Adakah kita hanya akan terus menjual barang setengah jadi dalam rupa feronikel itu pada China?"

Halaman:

Editor: Gideon Sinaga

Sumber: Karto Bugel, Leonita Lestari

Tags

Terkini

Prakiraan Cuaca Besok 5 Agustus 2023 Jakarta, BMKG:

Jumat, 4 Agustus 2023 | 22:24 WIB
X