• Jumat, 22 September 2023

Pengamat Politik Luar Negeri Berharap Indonesia Tiru Pemilu Turki

- Kamis, 25 Mei 2023 | 10:59 WIB
Pengamat Politik Luar Negeri Tengku Zulkifli Usman
Pengamat Politik Luar Negeri Tengku Zulkifli Usman
KETIKNEWS.ID,-- Pengamat Politik Luar Negeri Tengku Zulkifli Usman mengatakan, ada pelajaran berharga yang bisa diambil Indonesia dari Pemilu Turki 2023, yang kini berubah nama menjadi Turkiye.
 
Yakni mengutamakan politik adu gagasan, adu ide dan adu narasi yang mewarnai secara dominan di ruang publik di Turki. 
 
Sementara politik uang (money politics), bagi-bagi sembako seperti beras dan minyak goreng justru, tidak dipilih oleh masyarakat Turki.
 
"Partai AK Parti, partainya Erdogan (Recep Tayyip Erdoğan) ini berhasil mendidik masyarakat Turki. Ada transfer narasi dan prestasi yang bagus dari Erdogan," kata Tengku Zulkifli dalam keterangannya, Kamis (25/5/2023)
 
"Sehingga meski dikasih sembako dan lain-lain oleh lawannya, mereka tetap nggak milih," tambahnya.
 
Menurut dia, Kemal Kilicdaroglu, yang didukung CHP (Partai Rakyat Republik) dan mendapatkan bantuan dana 300 miliyar Lira dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, ternyata kalah sama Erdogan yang tidak memiliki dana yang besar, karena secara natural memiliki basis massa tradisional dan memiliki manajemen kampanye yang bagus.
 
"Meski CHP sudah bagi-bagi sembako seperti minyak goreng dan beras, serta berhasil mengerahkan massa dalam jumlah besar. Masyarakat Turki nggak peduli, mereka nggak pilih, karena pakai cara-cara yang tidak mendidik. Tapi lawan Erdogan bisa masuk putaran kedua, itu sudah luar biasa. Saya yakin Erdogan tetap akan menang," papar dia.
 
Tengku Zulkifli mengaku selalu berkomunikasi dengan para pengamat politik di Turki bahwa berpolitik dengan bagi-bagi sembako atau politik uang tidak dipilih masyarakat Turki. 
 
Ia berharap agar partai di Indonesia bisa mencontoh AK Partai (Partai Partai Keadilan dan Pembangunan), yang dianggap sebagai partai modern.
 
"Karena itu, Indonesia ini sudah saatnya move on dari cara-cara berpolitik yang lama, itu sudah usang. Kita sudah reformasi 25 tahun, sudah cukup membiarkan budaya buruk seperti ini dalam politik kita," ucap dia.
 
Masyarakat, lanjutnya, seolah-olah tidak pernah diajak berpikir, bahkan dianggap tidak bisa berpikir, cukup diberi minyak goreng dan beras saja dalam setiap pemilu, mereka akan pilih. 
 
"Padahal politik itu, sejatinya adalah transfer narasi ke generasi. Coba lihat para ketua umum itu tidak ada yang mau turun, mereka maunya jadi pejabat terus. Padahal sudah tua, encokan, rematik dan tidak ada waktu belajar," pungkas dia.

Editor: Ijal Sikumbang

Tags

Terkini

Film Oppenheimer, Sebuah Ironi

Senin, 7 Agustus 2023 | 20:50 WIB

Putra Presiden Kolombia Ditangkap, Ada Apa?

Minggu, 30 Juli 2023 | 06:21 WIB
X