KETIKNEWS.ID,-- Praktik diplomasi kebudayaan semakin marak dijalankan oleh berbagai negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Indonesia dengan kekayaan budaya turut berupaya dalam menjalankan praktik diplomasi kebudayaan guna menguatkan citra positif Indonesia. Aksi diplomasi kebudayaan dari Komunitas Gayam 16 merupakan bentuk kontribusi dalam membantu pemerintah dalam pencapaian kepentingan nasional negara.
Baru baru ini komunitas Gayam 16 telah kembali melakukan kolaborasi dengan beberapa seniman Prancis dan melakukan berbagai kegiatan selama kurang lebih 1 bulan di Prancis. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah konser kolaborasi, konser solo dan workshop gamelan.
Baca Juga: Transformasi TV Analog ke Digital, Ridwan Kamil: Terbuka Peluang 240.000 Lapangan Kerja Baru
Project kolaborasi ini terdiri dari 2 project, yaitu Gaga Gundul kolaborasi bersama kelompok Peemaï – Collectif Koa dan Dans L’ombre Du Ramayana kolaborasi bersama Alex Grillo. Selain itu Gayam 16 juga akan melakukan konser solo dengan memainkan lagu-lagu Jawa yang diaransemen ulang oleh tim, baik itu tradisional maupun modern kontemporer.
Baca Juga: Mantan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyon Kunjungi Kawasan Candi Borobudur
Berangkat tanggal 26 Februari 2022 lalu, tur ini di jadwalkan berakhir pada tanggal 27 Maret 2022. Tim yang berangkat adalah Sudaryanto (musisi), Azis Rifkyanto (musisi), Bevy Hanteriska (musisi), Avyana Destyasti Lintang (musisi) serta Bagus Ariyanto Seputro Nasution (manajer).
Gaga Gundul (Kolaborasi dengan Peemaï – Collectif Koa)

Project Gaga Gundul adalah kolaborasi artistik antara Komunitas Gayam 16 dan grup Prancis Peemaï – Collectif Koa. Sebuah perpaduan nada-nada dari gamelan dan instrumen Barat yang menciptakan warna suara baru, repertoar yang diambil baik dari tradisi Jawa, aransemen dan improvisasi Peemaï dengan unsur campuran rock, jazz, serta pengaruh kontemporer dan elektronik, dan komposisi karya khusus untuk instrumentarium ini. Terdapat 9 komposisi lagu yang dimainkan, yang merupakan ciptaan dari setiap musisi yang terlibat.
Dans L’Ombre Du Ramayana (Kolaborasi dengan Alex Grillo)

Ditemani oleh komposer Alex Grillo, boneka tradisional Prancis, Guignol, melakukan perjalanan yang luar biasa ke Indonesia 5 tahun yang lalu. Di Jawa, ia bertemu dengan Punakawan; 3 bersaudara Gareng, Petruk dan Bagong bersama ayah mereka, Semar.
Pada saat kepulangannya ke Prancis, Guignol berjanji: “Segera, Anda akan datang mengunjungi saya di Prancis dan saya akan memberitahu Anda…”. Dan di Grenoble-lah petualangan luar biasa ini dibangun! Setelah bekerja selama beberapa bulan dengan penonton di distrik Alma-Très-Cloîtres, bulan Maret ini Guignol dan Punakawan bergabung dengan rombongan seniman Jawa dari Yogyakarta, para pemusik dan manipulator wayang dari Gayam 16, untuk berpartisipasi dalam sebuah Festival.
Baca Juga: Perkenalkan Gamelan dan Wayang di Kampus London, Inggris
Dengan karya musik, tekstual dan pertunjukan dari proyektor yang didasarkan pada teater bayangan, pemain perkusi dan komposer Alex Grillo bekerja bersama penulis dan penyair dith Azam dan dalang Cyril Bourgois.
Baca Juga: Sambut Kedatangan Mahasiswa Mancanegara, Australian National University Gelar Musik Gamelan Bali
Selama lima bulan, kedua seniman itu bisa bekerja sama dengan kelompok anak-anak dan orang dewasa yang berbeda. Boneka yang dibuat oleh anak-anak kemudian di bawah arahan Cyril Bourgois, akan hidup di tangan mereka selama pertunjukan.
Artikel Terkait
Merinding, Upaya Amerika Memperkenalkan Gamelan Kebudayaan Indonesia
Lucian Zbarcea, Warga Rumania yang Memperkenalkan Gamelan Ke Masyarakat Rumania
Cinta Indonesia , Hingga 200 Komunitas Gamelan tersebar Di Amerika
Eksistensi Efiq Zulfiqar Dalam Grup Musik Etnotik Gamelan Orkestra, Australia
Perkenalkan Gamelan dan Wayang di Kampus London, Inggris
Sambut Kedatangan Mahasiswa Mancanegara, Australian National University Gelar Musik Gamelan Bali
Komposer AS Tawarkan Pertukaran Balik Budaya dengan Gamelan Buatan AS