Retno mengatakan menempatkan anak dalam kerumunan massa memang berpotensi membahayakan karena anak-anak rentan jadi korban ketika terjadi kericuhan.
"Harus ada antisipasi dalam melindungi anak-anak ketika terjadi chaos saat berada dalam kerumunan massa," katanya.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, UEFA: Mengheningkan Cipta akan Dilakukan di Seluruh Kompetisi Eropa
Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10) bermula dari kericuhan yang terjadi setelah pertandingan Liga I antara Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3.
Kekalahan yang terjadi di kandang Arema itu membuat sejumlah suporter masuk ke dalam area lapangan.
Kondisi itu semakin ricuh setelah sejumlah benda-benda seperti flare dan botol minum dilemparkan ke arah lapangan.
Petugas keamanan sebenarnya sudah berusaha menghalau agar para suporter tidak memanas.
Di tengah kondisi itu, petugas akhirnya melakukan tembakan gas air mata dan kondisi justru semakin memanas.
Artikel Terkait
Kemensos akan Respon Permintaan Modal Usaha bagi Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan
Polri: Data Uptade Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan 131 Orang
Psikolog: Penyintas Tragedi Kanjuruhan yang Trauma Mesti Dapat Pendampingan dan Pemeriksaan
Doakan Korban Tragedi Kanjuruhan, Viking dan The Jak akankah Berdamai?
Presiden Jokowi akan Lakukan Lawatan ke Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan
Raja Salman bin Abdulaziz dan Pangeran MbS Turut Sampaikan Belasungkawa Soal Insiden Kanjuruhan