KETIKNEWS.ID,-- Saya mengenal Mbak Astari Rasjid saat melakukan tugas atas undangan Beliau sebagai Duta Besar ke Sofia Ibu Kota Bulgaria, selama hampir dua Minggu meliput aktifitas nya sebagai Duta Besar saya dan rekan Edi Ginting melihat keahliannya dalam berdiplomasi.
Selain itu Astari adalah salah satu sosok seniman stylish, energik dan produktif dalam berkarya dan kamipun meliput peluncuran Karya seni Indonesia milik Ibu Astari Rasyid di Museum Seni Kota Sofia, Bulgaria.
Acara yang di hadiri oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan perwakilan Negara-negara Dunia yang ada di Bulgaria, mendapat sambutan yang luar biasa atas jiwa seni Astari yang mengangkat Seni dan Budaya Indonesia.
100 Hari yang lalu, Astari Rasyid berpulang di usia 69. Saya selalu melihat angka 69 yang seperti sesuatu saling terbalik itu sebagai perpaduan dari kehidupan dan kematian, atau perpaduan keberuntungan dan kesialan. Namun ketika ia disandingkan dengan Astari, saya memaknainya sebagai sebuah gambaran padu antara dua hal yang saling melengkapi, yakni kecantikan dan kecerdasan, yang selama ini dipercaya sebagian atau banyak orang sebagai kombinasi langka, bahwa kalau cantik pasti tidak cerdas, perempuan cerdas biasanya jelek menurut Ewith Bahar dalam tulisannya di FB.
Astari membuktikan, bahwa cantik dan cerdas bisa berjalan seiring dalam diri seorang perempuan. Sri Astari yang selalu chic dan fashionable dikenal sebagai seniman. Ia pelukis, pematung sekaligus mantan model. Tamat dari jurusan Sastra Inggris di UI, Astari melanjutkan ke Lucy Clayton School of Fashion di London (1975-1976), bidang studi yang selaras dengan passionnya.
Kemudian ia memperdalam tentang teknik lukisan di University of Minnesota (AS) dan di Royal College of Art (London). Perempuan Indonesia dalam berbagai aspek dan sudut pandang adalah tema yang banyak ia adopsi untuk karyanya.
Karya-karya Astari, baik patung maupun lukis, kerap mengetengahkan nilai-nilai kearifan lokal. Ia banyak mengeksplorasi wayang, kebaya dan obyek budaya tradisional lainnya. Salah satu patung yang ia buat diberi judul La Vie en Rose: Gun and Roses, berupa tas tangan wanita yang berisi segerumbul mawar dan senapan, yang kemudian terjual di rumah lelang Sotheby Singapura dengan harga 9.493 dollar AS atau setara Rp. 128.715.587, dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat itu adalah Rp. 13.559.
Karya seni Astari banyak dipamerkan di balai pameran terkenal, baik dalam maupun di luar negeri. Di antaranya dua lukisan yang masing-masing berjudul “Formula #1 Perempuan Tangguh” dan “Ever Ready Secretary” yang dikoleksi Galeri Nasional Indonesia.
Ketika presiden Joko Widodo mengangkat Astari sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh pada tahun 2016 untuk Bulgaria, Albania dan Macedonia Utara yang kaya seni dan budaya, pemilihan terhadap Astari dianggap tepat.
Ia merupakan Dubes perempuan Indonesia pertama yang memiliki latar belakang sebagai seniman. Dan memang terbukti, Astari berperan aktif dalam menjalankan misi serta diplomasi budaya Indonesia di negara-negara tersebut. Menjadi sangat efektif, karena ia bukan sekadar penikmat atau pecinta seni semata melainkan juga sebagai pelaku seni.
Misi strategisnya: Melalui Diplomasi Budaya, mendorong perdamaian dan harmoni. Melalui prestasi dan pengabdiannya, sejumlah penghargaan pernah diterimanya, antara lain Philip Morris Indonesia Art Awards VI (1999) serta penghargaan Madara Horseman 1-st Degree, dari presiden Bulgaria, Rumen Radev, pada 25 Juni 2020.
