KETIKNEWS.ID, -- Tradisi Budaya 'nanding daging kerbau' adalah salah satu tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan menjelang Lebaran Idul Fitri. Nanding berarti membagi-bagikan daging kerbau yang telah disembelih kepada tetangga dan kerabat. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan kebersamaan yang diwariskan oleh nenek moyang sejak ratusan tahun lalu.
Dalam budaya Betawi, kerbau adalah hewan yang sangat dihormati karena perannya dalam membantu pekerjaan pertanian dan transportasi. Kerbau juga melambangkan kekuatan dan kesuburan. Oleh karena itu, menyembelih kerbau adalah suatu kehormatan dan tanggung jawab besar bagi pemiliknya. Proses penyembelihan harus dilakukan dengan cara yang halal dan sesuai dengan syariat Islam.
Setelah disembelih, daging kerbau dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan ukuran dan jenisnya. Bagian-bagian tersebut antara lain adalah kepala, leher, dada, paha, kaki, perut, hati, limpa, paru-paru, usus, dan kulit. Setiap bagian memiliki nilai dan makna tersendiri bagi penerima. Misalnya, kepala kerbau melambangkan kepemimpinan dan kebijaksanaan, leher kerbau melambangkan kekuatan dan keteguhan hati, dada kerbau melambangkan keberanian dan kesetiaan, dan seterusnya.
Baca Juga: Mau Tau Cara Buat Kue Kembang Goyang, Kue Lebaran Idul Fitri Dari Betawi
Daging kerbau yang telah dibagi-bagi kemudian disalurkan kepada tetangga dan kerabat dengan cara nanding. Nanding berarti mengantarkan daging kerbau secara langsung kepada penerima dengan mengucapkan selamat Lebaran dan meminta maaf atas segala kesalahan. Nanding juga merupakan bentuk silaturahmi dan menjaga hubungan baik antara sesama. Penerima daging kerbau biasanya akan membalas dengan memberikan uang atau bingkisan lain sebagai tanda terima kasih.
Budaya 'nanding daging kerbau' adalah salah satu warisan budaya Betawi yang kaya akan nilai-nilai luhur. Namun sayangnya, tradisi ini mulai terkikis oleh perkembangan zaman dan perubahan sosial. Faktor-faktor seperti mahalnya harga kerbau, sulitnya mencari tempat penyembelihan yang layak, berkurangnya lahan pertanian, meningkatnya mobilitas penduduk, dan menipisnya rasa kekeluargaan membuat tradisi ini semakin jarang dilakukan. Padahal tradisi ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Betawi sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan menjelang Lebaran Idul Fitri. ***
Artikel Terkait
Apa Itu Makanan 'Kinca' Dari Betawi
Mau Tau Cara Buat Kue Kembang Goyang, Kue Lebaran Idul Fitri Dari Betawi