KETIKNEWS.ID,-- Sebagai negara kepulauan, Indonesia sudah otomatis memilki banyak khasanah budaya dan tradisi. Sebab, setiap suku memiliki adat istiadat yang berbeda-beda, sehingga tidak dijumpai di lain daerah. Dan ketika bicara mengenai kebudayaan adat istiadat, terkadang sangat dekat dengan keanekaragaman alam baik flora maupun faunanya.
Misalnya, keberadaan tas noken yang merupakan kerajinan khas masyarakat Papua. Dibuat dari serat kulit kayu, tas itu berguna untuk membawa hasil bumi yang hendak dijual ke pasar atau sebagai tas belanja. Begitu pula baju kulit kayu, salah satu ciri khas masyarakat suku Dayak di Kalimantan.
Nah, di masyarakat Bangka Belitung pun memiliki tradisi memanfaatkan bahan dari alam untuk dijadikan songkok atau kopiah. Kopiah merupakan salah satu warisan budaya takbenda di provinsi berjuluk Serumpun Sebalai ini.
Penutup kepala yang biasa dipakai kaum laki-lakiini, selain untuk salat juga menjadi pelengkap bagi acara adat seperti Sepintu Sedulang, Rebo Kasan, dan Nganggung tersebut berasal dari resam (Dicranopteris linearis). Seperti dikutip dari website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, resam merupakan tanaman dari keluarga paku-pakuan atau pakis (Pteridophyta).
Tumbuh di tebing bersuhu lembab di kawasan perbukitan berketinggian 200-1.200 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini, tumbuh hingga mencapai 1,5 meter dan paku-pakuan ini acap tumbuh melilit pada batang pohon lain serta bercabang.
Resam dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis, tersebar di Asia dan Pasifik. Kendati dikenal sebagai gulma atau pengganggu, resam pun dapat berfungsi sebagai tanaman obat.
Seperti disebutkan di dalam website Yayasan Kehati, resam dapat mengobati luka, sebagai obat batuk, obat infeksi saluran kencing, dan pemecah bisul. Tumbuhan ini kendati bersifat invasif dan mampu mendominasi permukaan tanah, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pada kenyataannya, resam justru memberi manfaat lantaran mampu menyuburkan tanah dan menyerap racun di sekitar tempatnya tumbuh serta dapat dijadikan tanaman hias.
Bagi masyarakat suku Ketapik yang mendiami kawasan Desa Dendang, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, resam mendapat tempat spesial karena bisa bernilai ekonomi tinggi.
Lewat tangan-tangan terampil dan kreatif penduduk desa salah satu subsuku Melayu tersebut, resam dibuat naik kelas sebagai anyaman pembuat kopiah unik ramah lingkungan dan dalam perkembangannya juga dapat dibuat cincin atau gelang.
Tradisi membuat kopiah resam sudah diwariskan turun-temurun oleh para leluhur Desa Dendang. Hampir semua warga, khususnya kaum hawa, mampu membuat kopiah resam.
Namun, saat ini bahan baku kopiah di alam liar mulai berkurang karena makin gencarnya pembukaan lahan sawit dan secara tak langsung menghilangkan perlahan habitat resam. Oleh karena itu, perlu disiapkan langkah terpadu agar kopiah resam tidak hanya tinggal nama.