• Jumat, 22 September 2023

Bagian 2, Sorot Mata Bahagia Anak-anak Papua Dapat Meraba Dinding Sekolah Yang Mereka Idam-Idamkan

- Sabtu, 27 Mei 2023 | 15:54 WIB
Anak-anak Papua adalah kita, mereka bernafas di Negeri yang sama dengan kita Indonesia
Anak-anak Papua adalah kita, mereka bernafas di Negeri yang sama dengan kita Indonesia

KETIKNEWS.ID,-- Sampai hari ini tak ada sinyal telephone sampai di Korupun. Radio single sideband (SSB) masih jadi andalan sejak 30 tahun yang lalu.

Anak-anak Papua hanya akan mendengar kabar itu melalui radio SSBtersebut, namun berharap dapat pulang dan kemudian mengucapkan kata-kata perpisahan kepada mama dan bapak, itu adalah kemewahan tak masuk akal. Itu mustahil, kecuali pesawat perintis.

Dan itu hanya akan dinikmati oleh mereka yang memiliki uang. Anak-anak tersebut, mustahil!! Orang tua mereka kebanyakan adalah petani ubi.

NadiBaca Juga: Indonesia Nafas dan Nadi Kita

Duapuluh hingga tigapuluh anak-anak yang seharusnya masih dalam pengawasan orang tua mereka, kini harus merelakan kemewahan itu terbuang. Mereka harus sudah berpisah, dan diawali dengan perjalanan yang sangat panjang, melelahkan dan bahkan dengan bertaruh nyawa.

Tak ada jaminan mereka tak mendapatkan kecelakaan ditengah jalan. Terperosok ke dalam jurang, tergelincir saat mendaki tebing bahkan hingga ancaman binatang buas, anak-anak itu harus menanganinya sendiri.

Berbekal ubi dan keladi mentah dan kemudian dibakar setiap mereka menginap, mereka sudah sangat bersyukur memiliki bekal untuk dimakan. Terkadang, mereka harus mampir dan meminta kepada petani dimana mereka melewatinya.

 Baca Juga: Anak Papua Berjuang Mempertaruhkan Nyawa Agar Bisa Bersekolah, Anak Papua Rela Berpisah Dengan Orangtua Mereka

Mengambil tebu ditengah jalan dan kemudian dihukum dengan cara dipukul hanya karena mereka haus, bukan peristiwa yang jarang terjadi.

Mereka sudah harus mendapatkan ujian luar biasa berat pada umur yang tak seharusnya. Seharusnya, mereka masih berhak untuk mendapat peluk dan cium orang tua.

Saat ini, kita, warga premium, justru sedang sibuk menghamburkan miliaran bahkan triliunan rupiah untuk membiayai demo-demo hanya demi marah karena uang kita telah berkurang. Kita berteriak dizolimi karena harta digudang tak lagi teraliri. Kita tamak dan menjijikkan..!!

Baca Juga: Rempah, Emas Hijau Milik Kita..

Dibulan Juli ini, duapuluh hingga tigapuluh anak-anak itu baru saja sampai di Wamena dengan sorot mata bahagia hanya karena mereka telah berhasil melihat dan meraba-raba dinding gedung sekolah.

Ada harapan besar disana. Ada cita-cita sederhana yang akan mulai mereka jalani, yakni sekolah.

Halaman:

Editor: Gideon Sinaga

Tags

Terkini

Mengenal Sejarah Wayang di Museum Sekartaji

Kamis, 14 September 2023 | 15:45 WIB
X