KETIKNEWS.ID,-- Mengenal Komunitas Celah Celah Langit (CCL) yang bergerak dalam ranah kesenian yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dalam bentuk kesenian. Bisa melalui musik, teater, sastra, tari, melukis, dan lainnya. Selain itu, untuk mengembangkan masyarakat sekitar.
CCL yang berlokasi di kawasan Ledeng, Bandung, Jawa Barat sudah ada sejak 1986. Nama Celah Celah Langit diberikan oleh seorang musisi bernama Sawung Jabo. Saat bertemu dengan Iman Soleh, dia memberikan pandangan bahwa komunitasnya diberi nama Celah Celah Langit. Saat 1986 CCL belum terbentuk secara formal. Kemudian, Iman Soleh atau Pak Iman resmi mendirikan CCL pada 22 Mei 1998.
Baca Juga: Pertunjukan Seni Budaya Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana Rayakan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022
“Tujuan dari kita mengangkat wacana bagaimana kita menyampaikan kritik kepada mereka (pemerintah dan politisi) melalui kesenian dan juga sebagai media pengembangan masyarakat yang juga di masyarakat Ledeng itu bisa berkembang, tumbuh, mereka bisa mengasah skill-nya melalui kesenian,” tutur Mazeinda.

Selain menjadi wadah untuk menyampaikan aspirasi, mengasah skill, pemberdayaan masyarakat, Mazeinda bilang sejumlah orang menyebut diadakannya CCL adalah sebagai tempat untuk berguru.
“Dari orang-orang, tujuan dibentuknya ini jadi tempat nyantri. Kalau menurut pak Iman, nyantri kehidupan, karena di sini banyak orang yang kita tuh tidak hanya mengasah skill, tapi juga mengubah sikap kita bagaimana untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari dari bentuk yang paling kecil. Bagaimana orang-orang sekarang sudah bisa lebih terasah ke depannya,” jelas Mazeinda.
Baca Juga: Karya Ki Nartosabdho, Lagu Kudangan Resmi Di hak Ciptakan
Kegiatan yang dilakukan oleh CCL beragam, mulai dari membuat pertunjukan, mengadakan bakti sosial, hingga diskusi mengenai ide dan gagasan baik secara online maupun offline. Pak Iman pun sering meminta orang-orang di CCL untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan dan itu harus dikaitkan dengan masyarakat.

Mazeinda mengaku dirinya sering mengajar anak-anak yang ada di CCL, tentang sastra literatur kebahasaan, bagaimana mereka bisa memahami bahasa yang mereka punya, bahasa ibu, bahasa nasional.
Bagi yang ingin bergabung dengan CCL, semua orang bisa datang langsung tanpa harus melewati administrasi. Secara tidak tertulis, beberapa orang yang pernah bergabung dengan komunitas ini adalah Rina Nose, Ridwan Kamil, Aa Gym, dan lainnya.
“CCL berangkat dari keluarga pak Iman. Setelah dari situ, akhirnya banyak yang datang orang-orang luar, sekarang digantikan orang-orang yang jadi saudara. Ketika gabung ke CCL, dianggap sebagai saudara ideologis, tidak sedarah tapi memiliki pemahaman yang sama dan cita cita yang sama. Terbangun melalui aktivitas kita keseharian,” jelas Mazeinda.

Artikel Terkait
Melihat Kesenian Jaranan di era Globalisasi
Kesenian Badeng, Media Penyebaran Agama Islam
Masa Keemasan kesenian Ajeng, Karawang
Kesenian Indonesia Tak Pernah Absen Dalam Pertunjukan Seni di China
Kesenian Sisingaan, Bukti Nyata Kisah Perlawanan Rakyat Subang Terhadap Penjajah
Kesenian Radat, Seni Penyebaran Agama Islam Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga
Seni Sakral, Kesenian Agama Hindu Yang Merupakan Peninggalan Leluhur