Bunga Dessri: Melawan Stigma Kesetaraan Gender dalam Alat Musik Tradisional Rebab

- Senin, 10 Januari 2022 | 13:55 WIB
Bunga Dessri, pemain alat musik tradisional rebab dari kalangan wanita. (instagram.com/tintadanwarna)
Bunga Dessri, pemain alat musik tradisional rebab dari kalangan wanita. (instagram.com/tintadanwarna)

KETIKNEWS.ID,-- Sudah dipastikan, Bandung merupakan tempat berkumpulnya para seniman. Hal itu dibuktikan dengan lahirnya talenta-talenta para seniman di Bandung.

Bukan hanya kalangan pria, seniman juga banyak dari kalangan wanita. Salah satunya Bunga Dessri, seniman pemain alat musik tradisional rebab dari kalangan wanita.

"Awalnya suka rebab karena bentuknya menurutku indah dan unik. Lalu jatuh cinta juga pada suaranya karena mewarnai musik pengiringnya, seperti gamelan atau kacapi," ujar Bunga kepada ketiknews.id, Senin 10 Januari 2022.

Hal itu juga diungkapkan Bunga ketika kuliah di STSI jurusan Karawitan di tahun 2012.

"Saat aku kuliah di semester 2 harus memilih dua buah spesialisasi. Pilihannya vokal, rebab, suling, gambang, kendang, dan kacapi. Di semester 3 harus memilih satu spesialisasi yang akan terus dipelajari hingga Tugas Akhir di semester 8," kata Bunga.

Baca Juga: Perlancar Arus Logistik Surabaya - Jakarta Pembangunan Underpass Simpang Joglo Surakarta Dimulai Akhir 2022

"Nah karena rasa suka yang awalnya dari bentuk dan suaranya itulah, ketika semester 2, masa dimana harus memilih spesialisasi, kemudian aku memilih rebab dan suling," tambah Bunga.

Bunga Dessri, pemain alat musik tradisional rebab dari kalangan wanita.
Bunga Dessri, pemain alat musik tradisional rebab dari kalangan wanita. (instagram.com/tintadanwarna)

Lanjut Bunga, saat itulah Ia mendapat banyak penolakan bahkan hujatan dari berbagai pihak. Hal itu Ia tepati saat ingin belajar rebab.

"Ketika aku pengen belajar rebab ke seorang seniman di luar kampus, beliau berkata "ah naha awewe make rek diajar rebab sagala? Moal bisa awewe mah, lalaki ge can tangtu bisaeun! Geus we diajar nyanyi" (Kenapa perempuan mau belajar rebab? tidak akan bisa, laki-laki juga belum tentu bisa. Sudah saja belajar bernyanyi)”, ungkap Bunga dengan nada sedikit kesal.

Selain itu, di kampusnya yang notabene adalah akademisi juga ada yang mengatakan "tanda-tanda kiamat". Bahkan ada juga yang mempertanyakan "emang awewe bakal bisaeun? Nanaonan ngariripuh maneh!" (emang perempuan bakal bisa? ngebebani diri sendiri).

Baca Juga: Nani’s Food Truck, Truk Makanan Indonesia yang Digemari di Australia

Konon, kata Bunga, rebab itu merupakan simbol perempuan, maka dimainkannya harus oleh laki-laki, jangan oleh perempuan.

Bunga melanjutkan, bahkan posisi memainkan rebab yang duduk bersila pun dipermasalahkan karena katanya tidak sopan perempuan berduduk sila di atas panggung.

Halaman:

Editor: Riedha Adriyana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mengenang 100 Hari Astari Rasjid

Selasa, 28 Maret 2023 | 12:03 WIB
X