KETIKNEWS.ID,-- Lomba ngurek salah satu kegiatan yang terbilang langka dilaksnanakan di zaman sekarang, karena adanya perubahan ekosistem yang kebanyakan ikan lubang dan sidat terdapat di sungai-sungai.
Namun, salah seorang Seniman dan Pemerhati Kebudayaan di Kabupaten Tasikmalaya, H. Taufik Faturohman, tepatnya di Desa Pagersari Kecamatan Pagerageung pada Minggu 16 Januari 2022, menginisiasi kegiatan tersebut yang awalnya hanya tingkat lokal, tapi sekarang sudah memperebutkan piala Gubernur Jawa Barat.
Baca Juga: Merajut Kembali Sejarah Kediri dan Bali, Menggelar Anggit Budaya
H.Taufik mengatakan bahwa ngurek merupakan tradisi khas sunda yang sudah mulai ditinggalkan.

"Ikan Lubang atau Sidat merupakan ikan yang paling tinggi nilai proteinnya, bahkan negara Jepang sengaja mengeksport ikan tersebut dari Indonesia, nah mengapa kita tidak di lestarikan ikan tersebut," jelasnya.
Dengan lomba ngurek, para peserta atau warga merasa tergugah untuk membudidayakan ikan lubang atau sidat karena harganya cukup mahal.
Di ajang Lomba Ngurek ke 3 Bumi Ageung ini, jumlah pesertanya dibatasi demi kenyamanan, dan hanya 67 orang yang diikutsertakan meski pendaftar membludak.
Baca Juga: Perbedaan Budaya Menjadi kekayaan kebudayaan Indonesia
Artikel Terkait
Peran Besar Budaya luar Merubah Suku Swahili Afrika Timur Termasuk Indonesia
Tuan Rumah KTT G20, Erick Thohir Menteri BUMN Akan Terus Mengawal Budaya Bali
Perbedaan Budaya Menjadi kekayaan kebudayaan Indonesia
5 Fungsi Berbagai Keragaman Budaya di Indonesia
Pelestarian Budaya Tenun, Pemuda di Polewali Dirikan Sekolah Untuk Generasi
Merajut Kembali Sejarah Kediri dan Bali, Menggelar Anggit Budaya