Enie menceritakan, wastafel ini ia buat bersama timnya dari bahan elektronik bekas, yaitu mesin jahit manual dan monitor tabung.
“Kantor kelurahan sempat pesan wastafel ini di kami. Pembuatannya itu selama dua minggu. Waktu itu kami jual Rp1,5 juta karena memang bahannya sekarang susah dicari ya, mesin jahit manual yang pakai kaki, dan monitor tabung,” paparnya.
Baca Juga: Smartphone Vivo V23 5G Segera Rilis di Indonesia, Cek Spesifikasinya
Bukan hanya mengolah sampah elektronik menjadi sesuatu yang antik dan unik, Rastik juga membuat busana dari bekas kulit jengkol.
Bahkan, busana ini sempat mendapatkan penghargaan dari Atalia Praratya tahun 2017, semasa Ridwan Kamil masih menjadi wali Kota Bandung.
“Waktu itu kami diundang ke acara fashion show pameran batik di Siliwangi tahun 2017. Beberapa busana yang kami buat itu dari bahan kulit jengkol dan bekas jok sofa. Alhamdulillah dapat penghargaan dari Ibu Atalia,” cerita Enie.
Enie menjelaskan, kegiatan pengolahan limbah anorganik ini juga merupakan salah satu inovasi dari Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) yang berada di bawah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Enie sangat berharap, akan semakin banyak orang yang bisa teredukasi dari hasil karyanya bersama teman-teman di komunitas Rastik ini.
“Semoga masyarakat jadi paham ya kalau sampah itu juga masih punya nilai ekonomi kalau kita bisa mengolahnya dengan cara yang tepat,” tuturnya.
Artikel Terkait
Pengen Terampil Seperti BRUCE LEE, Buruan Gabung Dengan Komunitas Ini
Komunitas Celah Celah Langit Menyampaikan Aspirasi dalam Bentuk Kesenian
Emil Dorong Komunitas Pengguna Motor Aktif Dalam Penanggulangan Bencana
Thrill of Life Super Playground, Berkumpulnya Pecinta Olahraga Roda Kecil di Bandung
Komunitas Muslim Sino Hui, Banyak Tradisi Hasil Dari Perpaduan Budaya China dan Islam