Profesor Muhammad Quraish Shihab: Dua Tanda Orang Yang Berjumpa Dengan Malam lailatul qadar

- Rabu, 27 April 2022 | 14:51 WIB
Dua Tanda Orang Yang Berjumpa Dengan Malam lailatul qadar (Dok. yudhatama)
Dua Tanda Orang Yang Berjumpa Dengan Malam lailatul qadar (Dok. yudhatama)

KETIKNEWS.ID,-- Malam lailatul qadar adalah malam istimewa sekaligus banyak ditunggu oleh umat Islam. Dikatakan dalam surat Al-Qadar ayat 1-3, malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Alquran] pada lailatul qadar [malam kemuliaan]. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."

Sayangnya, tidak ada seorang pun yang tahu kapan malam lailatul qadar ini tiba karena memang dirahasiakan oleh Allah SWT.

Menurut pendiri Pusat Studi Al Qur’an (PSQ) Profesor Muhammad Quraish Shihab menyebutkan dua tanda bagi orang yang menerima kesempatan berjumpa dengan malam lailatul qadar, yakni bertambahnya kebaikan dan merasakan adanya ketenangan. “Pertama, bertambahnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang menyeluruh, dari perkataan, sikap, hingga perbuatannya,” kata Prof Quraish di Kutip NU Online dari Youtube Najwa Shihab, Senin (25/4).

Baca Juga: Membaca Al-Qur'an di Atas Trotoar bisa Menjadi Haram, Kenapa?

Adapun tanda kedua adalah ketenangan. Dalam hal ini, terang dia, mayoritas ulama mengartikan ketenangan/kedamaian yang dimaksud sifatnya berkelanjutan sebagimana termaktub pada ayat terakhir surat Al-Qadar.

Profesor Muhammad Quraish Shihab: Dua Tanda Orang Yang Berjumpa Dengan Malam lailatul qadar
Profesor Muhammad Quraish Shihab: Dua Tanda Orang Yang Berjumpa Dengan Malam lailatul qadar (Dok.Yudhatama)

“Salamun hiya hattaa mathla’il fajr, pada malam itu, kedamaian dirasakan oleh orang yang beruntung menjumpai malam lailatul qadar hingga terbitnya fajar. Atau keesokan harinya,” terang pengarang Tafsir Al-Misbah itu. Paparan yang ia sandarkan pada ayat itu juga menceritakan bahwa pada malam tersebut malaikat turun ke bumi.

Baca Juga: Jelang Idulfitri, Mentan Pastikan Stok Pangan Aman

Selain itu, kalimat mathla’il fajr (terbitnya fajar) juga diartikan sebagai terbitnya kehidupan baru bagi manusia setelah mengalami kematian. “Dalam kitab al-Shiyam, dikatakan bahwa malam lailatul qadar ada di antara sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Ketetapan itu berdasar pada hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Aisyah,” jelas pakar tafsir Al Qur’an itu.

Ia melanjutkan, ada beberapa kesunahan yang bisa dilakukan umat Islam dalam mengisi sepuluh malam terakhir sembari menunggu lailatul qadar. Seperti memperbanyak shalat sunah, berdoa, membaca wirid dan hal lain yang bersifat ibadah.

Baca Juga: Tradisi Tujuh Likur dan Pintu Gerbang Lingga

“Ada wirid atau doa khusus yang dianjurkan Nabi saw, dan diriwayatkan oleh Aisyah, allahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni,” tutur mufasir lulusan Al Azhar Kairo itu. “Apa bila setelah mati manusia mendapatkan balasan surga, berarti ia mendapatkan kedamaian,” lanjut Prof Quraish. Lailatul qadar; perlu persiapan dan ikhtiar Sementara, menurut Rais Syuriyah PBNU KH Baha’uddin Nur Salim (Gus Baha) untuk mencari malam lailatul qadar perlu persiapan dan ikhtiar, bukan hanya sekadar menunggu.

Baca Juga: Peringati 30 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Kroasia Jajaki Kerja Sama Bidang Ekonomi

“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari. Kalau tidak ada persiapan, namanya penunggu. Bukan pencari,” katanya. Ada banyak ikhtiar yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keistimewaan lailatul qadar, meningkatkan frekuensi kebaikan dengan beribadah salah satunya. “Untuk mendapat keistimewaan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu, orang berbondong-bondong meningkatkan ibadah,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA, Jawa Tengah itu.

Halaman:

Editor: Lucky Edwar

Sumber: NU

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mengenang 100 Hari Astari Rasjid

Selasa, 28 Maret 2023 | 12:03 WIB
X