Asal-usul Kesenian Reog Ponorogo yang Diajukan Ke UNESCO Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

- Selasa, 13 September 2022 | 23:13 WIB
 Ilustrasi asal-usul Reog Ponorogo diajukan pemerintah ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. (Instagram / @fakta_indo)
Ilustrasi asal-usul Reog Ponorogo diajukan pemerintah ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. (Instagram / @fakta_indo)

KETIKNEWS.ID,-- Kesenian Reog merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.

Kesenian ini telah diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh pemerintah agar tidak bisa diklaim oleh negara lain.

Hingga kini masyarakat Ponorogo menjaga warisan leluhur mereka sebagai budaya yang sangat kaya.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog, salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.

Baca Juga: Penjelasan Reog Ponorogo yang Diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Ki Ageng Kutu murka pada pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan, dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.

Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil, Ki Ageng Kutu menyampaikan pesan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya.

Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan Reog.

Baca Juga: Berharap Dilirik UNESCO, Reog Ponorogo Ramaikan Jantung Uni Eropa

Dalam pertunjukannya, Reog menampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak menyerupai kipas raksasa.

Jathilan, yang diperankan oleh sekelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan, menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah.

Sedangkan Ki Ageng Kutu sendiri, menopang topeng singabarong yang beratnya mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.

Baca Juga: DPR Akan Kaji Penyebab Reog Ponorogo Belum Jadi Warisan Budaya Dunia UNESCO

Halaman:

Editor: Lucky Edwar

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kisah Hunjeman, Petugas Imigrasi Kita di Abad 11

Jumat, 21 April 2023 | 10:10 WIB

Mencabik Indonesia Bila Kita Saling Bertikai

Selasa, 4 April 2023 | 22:44 WIB

Terasing di Negeri Sendiri

Selasa, 4 April 2023 | 14:04 WIB
X