Blangkon Diciptakan Bukan hanya untuk Menjadi Penutup Kepala, Namun juga Menandakan Status Seseorang

- Kamis, 22 September 2022 | 13:35 WIB
Blangkon sebagai penanda status orang Jawa pada zaman dulu. (kemdikbud)
Blangkon sebagai penanda status orang Jawa pada zaman dulu. (kemdikbud)

KETIKNEWS.ID,-- Masyarakat Jawa pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Blangkon, penutup kepala yang terbuat dari kain batik ini kerap dipakai kaum pria sebagai pelengkap busana tradisional Jawa.

Bagi masyarakat Jawa sendiri, blangkon bukan hanya sekedar penutup kepala, namun penutup kepala ini memiliki banyak arti.

Ada banyak desas-desus yang menjadi asal-usul blangkon. Salah satunya, sejarah awal mulanya tercipta blangkon dicetus oleh seorang sesepuhkeluarga Keraton Mataram yakni Ki Ageng Giring.

Baca Juga: Raden Saleh, Pelukis Nusantara yang Terkenal Di Eropa Namun Diperlakukan Diskriminasi oleh Penjajah

Bermula dari kisah para penyebar agama Islam yang masuk tanah Jawa memiliki rambut panjang dan enggan untuk memotongnya karena dianggap sebagai anugerah.

Sedangkan dalam kebudayaan Jawa lelaki yang berambut panjang tidak ada. Maka dari itu, Ki Ageng Giring menyarankan untuk menutup rambut para penyebar Islam dengan ikat kepala.

Seiring perkembangan zaman, ikat kepala itu akhirnya berubah nama menjadi blangkon. Bentuk bulat yang ada di belakang blangkon atau mondolan merupakan bentuk dari ikatan rambut penyebar Islam pada masa itu.

Selain itu, ada juga versi lain yang menuturkan jika blangkon tercipta dari penyerapan budaya Hindu dan Islam oleh masyarakat Jawa.

Baca Juga: Kisah Rumah Keluarga Pusparita Tedja yang Menjadi Cagar Budaya di Kota Bandung

Pada masa itu, para pedagang Gujarat yang masuk ke Indonesia kerap melilitkan kain lebar dan panjang di kepala mereka yang dikenal dengan Surban. Masyarakat Jawa pun terinspirasi untuk memakai ikat kepala seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab tersebut.

Ada juga kisah yang menceritakan jika blangkon digunakan di Jawa saat terjadinya krisis ekonomi. Dulu, ikat kepala tidaklah permanen seperti blangkon, namun semenjak adanya krisis ekonomi kain pun menjadi barang langka atau sulit untuk ditemukan.

Sehingga para petinggi keraton memberi perintah kepada para seniman untuk membuat ikat kepala yang permanen. Selain itu, blangkon menggunakan bahan kain lebih sedikit dari biasanya sehingga lebih hemat dan praktis.

Seiring perkembangan zaman, blangkon sendiri kini memiliki banyak fungsi yang diantaranya menjadi penutup kepala hingga menjadi pelengkap dari pakaian tradisional Jawa.

Baca Juga: Kisah Syekh Abdul Muhyi Melarang Merokok di Sekitar Pemakamannya di Pamijahan

Halaman:

Editor: Tatan Mulyana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Uniknya Gedung Bunder di Cirebon, Jawa Barat.

Jumat, 17 Maret 2023 | 18:50 WIB
X