Terungkap, Sejarah Kabupaten Garut yang Belum Banyak Diketahui Generasi Muda Saat ini

- Senin, 10 Oktober 2022 | 18:36 WIB
Lukisan Raden Adipati Aria Adiwijaya adalah bupati pertama kabupaten Garut (dahulu bernama Kabupaten Limbangan).  (wikipedia)
Lukisan Raden Adipati Aria Adiwijaya adalah bupati pertama kabupaten Garut (dahulu bernama Kabupaten Limbangan). (wikipedia)

KETIKNEWS.ID,- Siapa yang tidak tahu kabupaten Garut yang terkenal dengan kerajinan kulitnya yang di ekspor kemanca negara. Garut menjadi tempat para pengrajin kulit domba dan sapi yang dijadikan jaket, dompet, sepatu dan tas.

Tapi, saat ini masih banyak generasi muda yang tidak tahu bahkan mungkin tidak mau tahu tentang sejarah Kabupaten Garut, padahal sudah bertahun-tahun bermukim di Garut sejak lahir hingga berkeluarga.

Ketiknews merangkum tentang sejarah singkat Kabupaten Garut yang perlu kalian ketahui agar menambah rasa kagum dan cinta kepada kampung halaman sendiri.

Bagaimana sejarah Kabupaten Garut tersebut, simak penjelasannya dibawah ini.

Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila.

Baca Juga: Rebo Wekasan: Sejarah, Tujuan, Tradisi, hingga Mitos

Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci.

Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun).

Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota.

Baca Juga: Tingkatkan Kesadaran dan Edukasi Soal HIV AIDS, Kota Bandung Gandeng Influencer

Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.

Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah.

Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut.

Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".

Halaman:

Editor: Lucky Edwar

Sumber: garutkab.go.id

Tags

Terkini

Kisah Hunjeman, Petugas Imigrasi Kita di Abad 11

Jumat, 21 April 2023 | 10:10 WIB

Mencabik Indonesia Bila Kita Saling Bertikai

Selasa, 4 April 2023 | 22:44 WIB

Terasing di Negeri Sendiri

Selasa, 4 April 2023 | 14:04 WIB
X