KETIKNEWS.ID,-- Hendarso atau yang lebih dikenal dengan kang Darso merupakan anak dari pasangan Iskandar Disastro dan Amanah yang lahir di Bandung, 15 Agustus 1945. Kang Darso memiliki istri yang bernama Epong (Almarhumah), setelah istri yang pertama meninggal kemudian kang Darso menikah lagi dengan Lina Marlina.
Kang Darso mempunyai 6 orang anak dari kedua istrinya, yaitu 4 orang anak dari istri pertamanya Asep Darso, Yanti, Mimin dan Ujang sementara dari istri keduanya Ira dan Reyhan. Menurut Syarif (2014) kang Darso merupakan pribadi yang unik, percaya diri dan penuh semangat.

H. Darso sedang bernyanyi di panggung. Instagram: @calungdarso_
Kreativitas dan inovasinya dalam karier bermusik patut diapresiasi, karena kiprah kang Darso dari awal karier hingga meninggal dunia turut banyak membantu melestarikanmusikpop Sunda
Awal kang Darso meniti karier dalam berkesenian dibelantika industrimusik etnis Sunda yaitu pada era tahun 1960an, pada saat itu kang Darso berprofesi sebagai pemain bas pada grup musik Nada Karya dan Nada Kencana. Kang Darso pun sempat bergabung dengan band milik Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung pada tahun 1961.
Di setiap penampilan saat dipanggung dengan grup band milik Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung, kang Darso selalu memainkan lagu-lagu KoesPlus, dan selalu mengenakan kostum tentara. Tetapi tidak lama kemudian grup band tersebut berhenti terkena imbas peristiwa G 30 S/PKI.Setelah merasa jenuh, kang Darso pun memulai kembali kariernya pada tahun 1968 bersama Uko Hendarso dengan menggarap musik instrumen utama yaitu calung.
Awal mula memainkan calung terjadi pada saat kang Darso berkumpul dengan grup calung Uko Hendarso. Pada awal kang Darso belajar memainkan calung hanya ingin mencoba-coba.Merasa percaya diri dengan kemampuannya, kang Darso membentuk grup calung yang bernama Calung Darso. Disetiap penampilannya bersama grup calungnya kang Darso lebih sering membawakan lagu-lagu Sunda yang diciptakan oleh mang Koko (seniman karawitan).
Setelah melihat kehadiran grup Calung Darso di industri musik, sejumlah produser pun mulai tertarik sehingga pada tahun 1970 grup Calung Darso memulai rekaman dengan lagu ciptaan mang Koko dengan meliris album dalam bentuk piringan hitam (PH).

Beberapa album calung dan pop Sunda Darso yang berbentuk kaset pita. Instagram@mbofals
Sebut saja lagu-lagu yang terkenal pada masa itu hingga sampai saat ini yang masih sering di perdengarkan antara lain lagu “Duriat”, “Wangsit Siliwangi”, “Ararateul” (Cucu Deui), “Randa Geulis”, “Maribaya”, “Tanjakan Burangrang”, “Kabogoh Jauh”, “Mawar Bodas”, “Anak Jeger”, “Dulang Kuring”, “Batrawali” dan masih banyak lagi yang lainnya.Pada tahun 1990-an, wajah kang Darso dan grup calungnya pun kerap mewarnai acara di stasiun televisi lokal, atas arahan S. Hidayat Darso diajak untuk tampil pada acara di Radio republik Indonesia. Di bawah Asmara Record memulai rekaman dalam bentuk pita kaset.
Beberapa lagu yang terkenal yaitu “Kembang tanjung”, “Cangkurileung”, dan “Panineungan” dan masih banyak lagi. Mungkin kang Darso sudah puluhanalbum dan sekitar 300 judul lagu yang diliris dari lagu-lagu tersebut sebagian di rekam di studio dan sebagian lagi di rekam sewaktu manggung. Di samping itu kang Darso pun telah melewati beberapa generasi teknologi industri rekaman seperti dari rekaman berbentuk piringan hitam (PH), pita kaset hingga kepingan CD.
Berbagai prestasi pun kang Darso pernah raih seperti pada tahun 2005 kang Darso mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jabar 2005 Danny Setiawan,berupa7Anugrah Musik Jabar dan pada tahun 2009 kang Darso pun mendapatkan penghargaan dari walikota Bandung Dada Rosada, berupa Anugrah Budaya Kota Bandung 2009.