Darso Seniman Sunda yang Fenomenal

- Senin, 5 Juli 2021 | 09:54 WIB
kang H.darso (doc.Ig@calungdarso_)
kang H.darso (doc.Ig@calungdarso_)

KETIKNEWS.ID,-- Hendarso  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  kang  Darso  merupakan  anak  dari pasangan Iskandar Disastro dan Amanah yang lahir di Bandung, 15 Agustus 1945. Kang Darso memiliki istri yang bernama Epong (Almarhumah), setelah istri yang pertama meninggal kemudian  kang  Darso  menikah  lagi  dengan  Lina  Marlina.

Kang Darso mempunyai 6 orang anak dari kedua istrinya, yaitu 4 orang anak dari istri  pertamanya  Asep  Darso,  Yanti,  Mimin  dan  Ujang  sementara dari istri keduanya Ira dan Reyhan. Menurut  Syarif (2014) kang  Darso  merupakan  pribadi  yang  unik,  percaya  diri dan  penuh  semangat.

-
 

H. Darso sedang bernyanyi di panggung. Instagram: @calungdarso_

Kreativitas  dan  inovasinya  dalam  karier  bermusik  patut diapresiasi,  karena  kiprah  kang  Darso  dari  awal  karier  hingga  meninggal  dunia turut banyak membantu melestarikanmusikpop Sunda

Awal kang Darso meniti karier dalam berkesenian dibelantika industrimusik etnis Sunda  yaitu pada era tahun 1960an, pada saat itu kang Darso berprofesi sebagai pemain  bas  pada  grup  musik  Nada  Karya  dan  Nada  Kencana.  Kang  Darso  pun sempat bergabung dengan band milik Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung pada tahun 1961.

Di setiap penampilan saat dipanggung dengan grup band milik Pusat Persenjataan  Kavaleri  Bandung, kang  Darso  selalu  memainkan  lagu-lagu  KoesPlus,  dan  selalu  mengenakan  kostum  tentara.  Tetapi  tidak  lama  kemudian  grup band tersebut berhenti terkena imbas peristiwa G 30 S/PKI.Setelah  merasa  jenuh,  kang  Darso  pun  memulai  kembali  kariernya  pada  tahun 1968  bersama  Uko  Hendarso  dengan  menggarap  musik  instrumen  utama  yaitu calung. 

Awal  mula  memainkan  calung  terjadi  pada  saat  kang  Darso  berkumpul dengan  grup  calung  Uko  Hendarso.  Pada  awal  kang  Darso  belajar  memainkan calung hanya ingin mencoba-coba.Merasa percaya diri dengan kemampuannya, kang Darso membentuk grup calung yang  bernama  Calung  Darso.  Disetiap  penampilannya  bersama  grup  calungnya kang  Darso  lebih  sering  membawakan lagu-lagu  Sunda  yang  diciptakan  oleh mang Koko (seniman karawitan).

Setelah melihat kehadiran grup Calung Darso di industri  musik,  sejumlah  produser  pun  mulai  tertarik  sehingga  pada  tahun  1970 grup Calung  Darso memulai  rekaman  dengan  lagu  ciptaan  mang  Koko dengan meliris  album  dalam  bentuk  piringan  hitam  (PH). 

-

Beberapa album calung dan pop Sunda Darso yang berbentuk kaset pita. Instagram@mbofals

Sebut  saja  lagu-lagu  yang terkenal  pada masa  itu  hingga  sampai  saat  ini  yang  masih  sering  di perdengarkan antara lain lagu “Duriat”, “Wangsit Siliwangi”, “Ararateul” (Cucu Deui), “Randa Geulis”, “Maribaya”, “Tanjakan Burangrang”, “Kabogoh Jauh”, “Mawar Bodas”, “Anak Jeger”, “Dulang Kuring”, “Batrawali” dan masih banyak lagi yang lainnya.Pada  tahun  1990-an,  wajah  kang  Darso  dan  grup  calungnya  pun  kerap  mewarnai acara  di  stasiun  televisi  lokal,  atas  arahan  S.  Hidayat  Darso  diajak  untuk  tampil pada acara di Radio republik Indonesia.  Di  bawah  Asmara  Record  memulai  rekaman  dalam  bentuk  pita  kaset.

Beberapa  lagu  yang  terkenal  yaitu  “Kembang  tanjung”,  “Cangkurileung”,  dan “Panineungan”    dan  masih  banyak  lagi.  Mungkin  kang  Darso  sudah puluhanalbum  dan  sekitar  300  judul  lagu  yang  diliris  dari  lagu-lagu  tersebut  sebagian  di rekam  di  studio  dan  sebagian  lagi  di  rekam  sewaktu  manggung.  Di  samping  itu kang  Darso  pun  telah  melewati  beberapa  generasi  teknologi  industri  rekaman seperti  dari  rekaman  berbentuk  piringan  hitam  (PH),  pita  kaset  hingga  kepingan CD.

Berbagai prestasi pun kang Darso pernah raih seperti pada tahun 2005 kang Darso mendapatkan  penghargaan  dari  Gubernur  Jabar  2005  Danny  Setiawan,berupa7Anugrah  Musik  Jabar  dan  pada  tahun  2009  kang  Darso  pun  mendapatkan penghargaan dari walikota Bandung Dada Rosada, berupa Anugrah  Budaya  Kota Bandung 2009.

Halaman:

Editor: Zafar Sidik

Terkini

Mengenang 100 Hari Astari Rasjid

Selasa, 28 Maret 2023 | 12:03 WIB
X