KETIKNEWS.ID,-- Seni budaya tradisional khusunya seni sunda merupakan satu k0mponen yang tidak bisa di pisahkan dari budaya nasional yang kita miliki Kewajiban kita selaku warga Negara serta generasi penerus hendakny dapat memelihara dan mengembangkan budaya yang telah kita miliiki kearah yang lebih baik sehingga kedudukan budaya tradisional tidak lagi tersingkirkan oleh arusnya Globalisasi dewasa ini ,pembahasan kali ini mengupas seorang seniman sunda berdarah tionghoa yang sangat mencintai seni sunda.

Tan Deseng yang sadang bermain di tebing batu templek,pasir impun.Instagram@odesaindonesia
Dalam dunia seni Sunda jawa barat nama Tan Deseng begitu disegani dianggap maestro kesenian Sunda. Tan Deseng lahir di Bandung pada tanggal 22 Agusturs 1942. Tan anak kelima dari delapan bersaudara dari pasangan Tan Tjing Hong dan Yo Wan Kie. Keluarga ini tinggal di kawasan Tamim , Bandung.
Tan Tjing Hong berprofesi sebagai pengusaha , sekaligus sinshe dan seniman yang bisa melukis dan memainkan berbagai instrumen musik. Dari delapan anaknya , Tan De Tjeng mewarisi bakat seni dari ayahnya , Tan De Kong bisa memainkan alat musik yangqin dan erhu. Bakat seni dari Tan Tjing Hong mengalir pula pada Tan Deseng.

Jadilah pemain jangan menjadi penonton.Instagram@budayasaya
Ayahnya menghendakinya jadi pedagang tetapi Tan lebih cinta kepada seni. Sejak usia lima tahun , Tan sudah mahir memainkan alat musik seperti suling. Kakaknya , Tan De Tjeng mengajarkan notasi yang digunakan Tan untuk bermain musik. Keluarga Tan memang pencinta seni tapi ayahnya menghendaki Tan untuk menjadi pedagang. Tan kemudian merantau ke Palembang bersama teman-temannya untuk mencoba berdagang. Diperantauan in Tan sering mendengar lagu-lagu Sunda di RRI. Tan yang gagal dalam usaha di Palembang ,memutuskan kembali ke Bandung untuk menekuni dunia seni Sunda.

Di kediaman Tan Deseng.Instagram@budayasaya
Tan Deseng mengembangkan budaya Sunda sebagai wujud kecintaannya terhadap Indonesia. Kalau sudah memainkan alat musik tradisional seperti degung , suling dan kecapi , Tan seperti melupakan segalanya dan memainkannya dengan penuh khidmat [Liputan 6, 2004]. Tan pernah memarahi seorang wartawan yang bertanya mengapa ia begitu menguasai kesenian Sunda. “Kalau saya yang makan butir padi dan minum tetes air dari negeri Indonesia lalu memahami dan menyukai musik Indonesia, khususnya Sunda, apa salahnya?” ujarnya.[Tempo , 2008]
Kemampuan Tan tidak terbatas pada alat musik tradisional. Dia juga piawai bermain gitar dalam berbagai aliran musik , sehingga beliau dijuluki “Setan Melodi. Dari tahun 1950an sampai 1960an , Tan sempat menjadi pemain gitar di berbagai band di Bandung.

karya - karya Tan Deseng.Instagrm@don_fatbozz